MAKALAH
ILMU SOSIAL DASAR
REMAJA & PERMASALAHANNYA
Untuk
Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata
Kuliah Ilmu Sosial Dasar
Dosen:
Emilianshah Banowo, S.SOS.,MM

Disusun
Oleh:
Feisal
Wirapradja Sanusi (52416769)
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS GUNADARMA
2016
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Remaja
adalah masa transisi dari masa anak-anak menuju masa yang lebih dewasa. Menurut
Papalia dan Olds (2001) masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara
masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13
tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.
Masa remaja
seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai penyimpangan dan
tidakwajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya teori-teori
perkembangan yang membahas ketidakselarasan, gangguan emosi dan gangguan perilaku
sebagai akibat dari tekanan-tekanan yang dialami remaja karena
perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan
lingkungan.
Sejalan dengan
perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri remaja, mereka juga dihadapkan pada
tugas-tugas yang berbeda dari tugas pada masa kanak-kanak. Sebagaimana
diketahui, dalam setiap fase perkembangan, termasuk pada masa remaja, individu
memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Apabila individu mampu
menyelesaikan tugas perkembangan dengan
baik, maka akan tercapai kepuasan, dan kebahagian juga akan menentukan
keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas perkembangan pada fase berikutnya.
Beberapa perubahan yang dialami remaja adalah perubahan fisik, psikis, dan
sosial
.
BAB
II PEMBAHASAN
2.1
Perkembangan Fisik Remaja
Masa remaja diawali dengan masa pubertas, yaitu masa
terjadinya perubahan-perubahan fisik (meliputi penampilan fisik seperti bentuk
tubuh dan proporsi tubuh) dan fungsi fisiologis (kematangan organ-organ
seksual). Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas ini merupakan
peristiwa yang paling penting, berlangsung cepat, drastis, tidak beraturan dan
terjadi pada sisitem reproduksi. Hormon-hormon mulai diproduksi dan
mempengaruhi organ reproduksi untuk memulai siklus reproduksi serta
mempengaruhi terjadinya perubahan tubuh. Perubahan tubuh ini disertai dengan
perkembangan bertahap dari karakteristik seksual primer dan karakteristik
seksual sekunder. Karakteristik seksual primer mencakup perkembangan
organ-organ reproduksi, sedangkan karakteristik seksual sekunder mencakup perubahan
dalam bentuk tubuh sesuai dengan jenis kelamin misalnya, pada remaja putri
ditandai dengan menarche (menstruasi pertama), tumbuhnya rambut-rambut pubis,
pembesaran buah dada, pinggul, sedangkan pada remaja putra mengalami pollutio
(mimpi basah pertama), pembesaran suara, tumbuh rambut-rambut pubis, tumbuh
rambut pada bagian tertentu seperti di dada, di kaki, kumis dan sebagainya.
Sekitar dua tahun
pertumbuhan berat dan tinggi badan mengikuti perkembangan kematangan seksual
remaja. Anak remaja putri mulai mengalami pertumbuhan tubuh pada usia rata-rata
8-9 tahun, dan mengalami menarche
rata-rata pada usia 12 tahun. Pada anak remaja putra mulai menunjukan perubahan
tubuh pada usia sekitar 10-11 tahun, sedangkan perubahan suara terjadi pada
usia 13 tahun.
Pada masa pubertas,
hormon-hormon yang mulai berfungsi selain menyebabkan perubahan fisik/tubuh
juga mempengaruhi dorongan seks remaja. Remaja mulai merasakan dengan jelas
meningkatnya dorongan seks dalam dirinya, misalnya muncul ketertarikan dengan
orang lain dan keinginan untuk mendapatkan kepuasan seksual.
Selama masa remaja,
perubahan tubuh ini akan semakin mencapai keseimbangan yang sifatnya
individual. Di akhir masa remaja, ukuran tubuh remaja sudah mencapai bentuk
akhirnya dan sistem reproduksi sudah mencapai kematangan secara fisiologis,
sebelum akhirnya nanti mengalami penurunan fungsi pada saat awal masa lanjut
usia. Sebagai akibat proses kematangan sistem reproduksi ini, seorang remaja
sudah dapat menjalankan fungsi prokreasinya, artinya sudah dapat mempunyai
keturunan. Meskipun demikian, hal ini tidak berarti bahwa remaja sudah mampu
bereproduksi dengan aman secara fisik.
2.2
Perkembangan Psikis Remaja
Ketika memasuki
masa pubertas, setiap anak telah mempunyai sistem kepribadian yang merupakan
pembentukan dari perkembangan selama ini. Di luar sistem kepribadian anak
seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi, pengaruh media massa,
keluarga, sekolah, teman sebaya, budaya, agama, nilai dan norma masyarakat
tidak dapat diabaikan dalam proses pembentukan kepribadian tersebut. Pada masa
remaja, seringkali berbagai faktor penunjang ini dapat saling mendukung dan
dapat saling berbenturan nilai.
2.3
Perkembangan Sosial Remaja
Perubahan sosial seperti adanya kecenderungan anak-anak
pra-remaja untuk berperilaku sebagaimana yang ditunjukan remaja membuat
penganut aliran kontemporer memasukan mereka
dalam kategori remaja. Adanya peningkatan kecenderungan para remaja
untuk melanjutkan sekolah atau mengikuti pelatihan kerja (magang) setamat SLTA,
membuat individu yang berusia 19 hingga 22 tahun juga dimasukan dalam golongan
remaja, dengan pertimbangan bahwa pembentukan identitas diri remaja masih terus
berlangsung sepanjang rentang usia tersebut.
2.4
Masalah Masalah Remaja
Menurut Hurlock (1973) ada beberapa
masalah yang dialami remaja:
- Masalah
pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi
di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial,
tugas dan nilai-nilai.
- Masalah
khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat status yang tidak jelas pada
remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau
penilaian berdasarkan stereotip yang keliru, adanya hak-hak yang lebih
besar dan lebih sedikit kewajiban dibebankan oleh orangtua.
2.5
Faktor Keluarga
Dalam berbagai penelitian yang telah
dilakukan, dikemukakan bahwa anak/remaja yang dibesarkan dalam lingkungan
sosial keluarga yang tidak baik/disharmoni keluarga, maka resiko anak untuk
mengalami gangguan kepribadian menjadi berkepribadian antisosial dan berperilaku
menyimpang lebih besar dibandingkan dengan anak/remaja yang dibesarkan dalam
keluarga sehat/harmonis (sakinah).
2.6
Faktor Sekolah
Kondisi sekolah yang tidak baik
dapat menganggu proses belajar mengajar anak didik, yang pada gilirannya dapat
memberikan “peluang” pada anak didik untuk berperilaku menyimpang.
2.7
Faktor Masyarakat
Faktor kondisi lingkungan sosial yang tidak sehat atau
“rawan”, dapat merupakan faktor yang kondusif bagi anak/remaja untuk
berperilaku menyimpang. Faktor kutub masyarakat ini dapat dibagi dalam 2
bagian, yaitu pertama, faktor kerawanan masyarakat dan kedua, faktor daerah
rawan (gangguan kamtibmas).
BAB
III SARAN & PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Remaja dan permasalahannya
dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari faktor internal diri sendiri
maupun faktor eksternal yang disebabkan oleh lingkungan luar. Remaja adalah
fase yg paling beresiko dan mudah untuk dipengaruhi. Oleh sebab itu pada fase
inilah para remaja harus lebih sering diawasi agar tidak terjerumus pada
permasalahan yang merugikan dirinya dan sekitar.
3.2
Saran
Saran saya mengenai masalah ini adalah
dengan mengingatkan lagi bahayanya dan beresikonya fase remaja sehingga lebih
ditingkatkan lagi pengawasan pada masa masa remaja ini agar tidak terjerat dan
terjerumus permasalahan remaja yg merugikan.
DAFTAR
PUSTAKA
http://e-journal.uajy.ac.id/ 1573/3/2EM16225.pdf
Diakses pada 26 November, pukul 08.10 WIB
http://kawankumagz.com/Love-And-Life/Life/8-Masalah-Utama-Yang-Sering-Dihadapi-Remaja
Diakses pada 26 November, pukul 08.15 WIB
sofia-psy.staff.ugm.ac.id/files/remaja_dan_permasalahannya.doc Diakses pada 26
November, pukul 08.20 WIB
https://id.wikipedia.org/wiki/Remaja
Diakses pada 01 Desember, pukul 17.45 WIB
No comments:
Post a Comment